169 Tahun Peran Kebun Raya Cibodas Dalam Sejarah dan Penelitian Tumbuhan Pegunungan Tropis

Peran Kebun Pegunungan Cibodas Bergtuin te Tjibodas (cikal bakal Kebun Raya Cibodas) dengan sejarah dan hasil penelitian tumbuhan pegunungan tropisnya, telah menjadikan Kebun Pegunungan Cibodas begitu berharga bagi ilmu pengetahuan. Sejarah panjang penelitian dan konservasi dimulai sejak awal tahun 1830, bermula dari eksperimen J.E. Teijsmann (1808-1882), seorang ahli taman dan kurator terkenal Kebun Raya Bogor yang bekerja sejak 1830.

Teijsman pada saat itu mempunyai tugas menyediakan sayur-mayur bagi Gubernur Jendral Hindia Belanda, sehingga hal ini mendorongnya melakukan eksperimen dengan membuka serangkaian lahan kebun pada beberapa ketinggian tempat, yaitu di Ciawi, Bogor pada ketinggian 500 mdpl. di Cisarua, Bogor pada 900 mdpl., di Sindanglaya pada 1200 mdpl. di Istana Cipanas, pada 1.100 mdpl. di Cibodas pada 1.450 mdpl. dan di beberapa tempat lainnya.

Dari beberapa tempat eksperimennya, ternyata Kebun Pegunungan Cibodas cocok untuk lahan permanen. Sejalan dengan perkembangan penelitian, Kebun Pegunungan Cibodas dijadikan kebun untuk pelestarian dan percobaan, dan di kebun Cibodas inilah ditanam tanaman pertama kali kina, Cinchona yang dibawa oleh Hasskarl. Penanaman kina inilah menjadi tonggak pertama penanaman kina di Indonesia.

Pada tahun 1870-an R.H.C. Scheffer (1844-1880), direktur Kebun Raya Bogor pada waktu itu, mengembangkan Kebun Pengunungan Cibodas dengan rancangan mendekati bentuk yang sekarang (Kebun Raya Cibodas). Pada tahun 1889 pemerintah Hindia Belanda menyetujui usulan Treub untuk memperluas Kebun Pegunungan Cibodas dengan sebidang hutan seluas 240 ha yang membentang hingga mata air panas pada ketinggian 2.000 mdpl. Kawasan seluas 240 ha ini kemudian dinyatakan sebagai sebuah Cagar Alam, dan sekarang menjadi Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Koorders pada tahun 1900-an dengan teliti mencatat letak, memberi nomor dan nama pohon-pohon yang ada di Kebun Pegunungan Cibodas dan menjadikan Kebun Pegunungan Cibodas sebagai pusat terbaik untuk melakukan riset tentang flora pegunungan. Pada tahun 1891 sebuah rumah peristirahatan atau pasanggrahan dibangun di Kebun Pegunungan Cibodas, sehingga para ahli botani yang berkunjung mempunyai tempat untuk beristirahat.

Untuk memperingati seabad berdirinya Kebun Raya Bogor, pada tahun 1917 para ilmuan dari seluruh penjuru dunia mengumpulkan dana untuk membangun sebuah laboratorium modern di Kebun Pegunungan Cibodas. Pembukaan laboratorium tersebut diresmikan pada tahun 1920, yang diabadikan didalam sebuah prasasti. Namun prasasti tersebut telah dihancurkan oleh kaum ekstrimis. Pada tahun 1924 sebuah laboratorium lapangan, berukuran kecil juga didirikan di Lebak Saat, dekat Kandang badak, pada ketinggian 2.400 mdpl. Pada tahun 1920 Doctor van Leeuwen membangun sebuah tempat penelitian biologi di puncak Gunung Pangrango.

Pada tahun 1926 Cagar Alam diperluas hingga mencakup puncak-puncak Gunung Gede Panggrango, meliputi luas sekitar 1200 ha. Cagar Alam inilah yang menjadi objek begitu banyak penelitian ilmiah, yang menjadikan Cibodas begitu berharga bagi ilmu pengetahuan dunia. Pada saat itu stasiun penelitian di Kebun Pegunungan Cibodas dianggap memiliki sarana yang begitu baik serta kegiatan penelitian yang dilakukan juga hasilnya dinilai baik, hampir tidak ada tandingannya di tempat lain di kawasan tropik. Bagi kalangan peneliti biologi tropis dunia, Cibodas adalah ?Tanah Suci?-nya dan merupakan Mekah bagi semua yang berminat mengkaji flora pegunungan Jawa ( C.G.G.J. van Steenis, Flora Pegunungan Jawa 2010).

Tidak lama seusai perang melawan Jepang, pada tanggal 7 Juli 1946, rumah kurator dan laboratorium di Kebun Pegunungan Cibodas habis dibakar oleh ekstrimis. Sarana tersebut dibangun kembali pada tahun 1948-1952.

Pada tahun 1980, semua wilayah Cagar Alam Cibodas statusnya berubah menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) terpisah pengelolaannya dari Kebun Raya Cibodas, TNGGP berada di bawah Departemen Kehutanan (sekarang: Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup), sedangkan Kebun Raya Cibodas berada di bawah pengelolaan Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI). Luas Kebun Raya Cibodas saat ini adalah kurang lebih 85 hektar, 30% dari luas tersebut adalah hutan, yang dimanfaatkan untuk sarana penelitian. (TG)

Selamat Ulang Tahun Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas yang ke 169 tahun,

Sumber:
Steenis,V. C.G.G.J. 2010. Flora Pegunungan Jawa SMK Grafika Desa Putera.

169 Tahun Peran Kebun Raya Cibodas Dalam Sejarah dan Penelitian Tumbuhan Pegunungan Tropis