PUSPA [Schima wallichii]

Schima wallichii memiliki nama daerah puspa [Jawa], huru batu, huru manuk, puspa [Sunda], simartolu [Batak], madang miang [Minangkabau], m?dang s?ru, s?ru [Bangka] dan penaga [Kalimatan Barat].

Puspa berhabitus pohon dengan tinggi bisa mencapai 47 m, memiliki ciri khas pada daun yang berwarna merah ketika muda, berwarna hijau ketika tua, berbentuk lonjong jorong dengan ujung daun runcing dan tepi daun halus bergerigi, memiliki resistensi yang tinggi, dan tergolong ke dalam tanaman fire tolerant.

Bunga termasuk bunga tunggal yang tumbuh pada bagian ketiak pada ujung ranting. Bunga memiliki mahkota berwarna putih yang saling melekat pada pangkal. Buah berbentuk bulat kapsul berkayu dengan lebar diameter 2-3 cm seperti sutra membuka dengan 5 katup dan biji memiliki sayap.

Puspa mampu hidup pada perbagai kondisi tanah, iklim, dan habitat. Sering ditemukan tumbuh melimpah di hutan primer dataran rendah hingga pegunungan sampai pada ketinggian 2.400 m dpl. hingga 3.900 m dpl. Puspa dapat tumbuh dengan subur pada tanah yang berdrainase baik, namun ada beberapa yang ditemukan tumbuh di daerah berawa dan sepanjang tepian aliran sungai.

Puspa menyebar secara luas dari timur laut India ke China sebelah selatan, Kepulauan Ryukyu dan Kepulauan Bonin ke Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa, Borneo, dan Filipina. Tumbuh secara subur di Asia Tenggara yang secara lokal sudah ternaturalisasi dan mudah diperbanyak melalui biji.

Puspa memiliki kayu yang keras dan kuat, tahan lama, sangat baik untuk sebagai bahan meubelair karena tahan terhadap rayap. Juga digunakan sebagai bahan lantai, interior fitting, panel, boks, bantalan kereta api (setelah diawetkan), badan kendaraan dan bodi kendaraan.

Kayu terasnya berwarna coklat kemerahan atau coklat kelabu, teksturnya halus dan permukaan kayunya licin, dengan arah serat lurus atau berpadu. Kayu ini termasuk agak keras; dengan berat jenis yang berkisar antara 0,45 (subsp. noronhae) hingga 0,92 (subsp. oblata), termasuk ke dalam kelas kuat II. Meksi tahan terhadap serangan rayap kayu kering (kelas II), namun kurang tahan terhadap jamur pelapuk kayu (kelas III-IV).

Kayu puspa juga baik untuk dijadikan pulp dan kertas. Mahkota bunga dan buahnyapun setelah dikeringkan dapat dimanfaatkan sebagai ramuan yang bersifat astringensia untuk mengobati penyakit rahim dan histeria.

Di timur-laut India, penanaman puspa dikombinasikan dengan kapulaga dalam suatu system wanatani dengan tujuan untuk melindungi tanah dan air. Di negara ini, puspa juga digunakan sebagai pohon penaung di perkebunan kopi. Sedangkan di Indonesia, puspa digunakan sebagai pelindung di hutan tanaman tusam dan damar. Selain itu, puspa juga baik untuk reklamasi lahan dan reboisasi daerah tangkapan air. 

Bahan referensi:
Suryana, N. 2015. 47 jenis Tumbuhan Berpotensi di Kebun Raya Kuningan http://kehati.jogjaprov.go.id/detailpost/puspa
https://id.wikipedia.org/wiki/Puspa_(kayu)

Penulis dan Foto: Trisno Utomo, Pranata Humas LIPI

PUSPA [Schima wallichii]