
Sahabat Kebun Raya Cibodas pasti bertanya tumbuhan antikanker apakah yang dimaksud di judul artikel ini, iya kan? Pada artikel ini saya ingin menceritakan tentang peranan Kebun Raya Cibodas dalam mengkonservasi tumbuhan yang memiliki potensi sebagai bahan obat antikanker. Tumbuhan tersebut adalah Taxus walichiana atau orang Indonesia lebih mengenalnya dengan nama Taxus sumatrana. Di Indonesia, T. sumatrana tumbuh secara alami di Sumatra: Gunung Kerinci di Jambi, Kawasan Hutan Lindung Dolok Sibuaton di Sumatra Utara, dan Gunung Dempo di Sumatra Selatan.
Mengapa Taxus sumatrana ini dianggap sebagai tumbuhan antikanker? Sejak awal tahun 1990-an genus taxus mulai jadi tanaman yang sangat fenomenal, karena berhasil diidentifikasi sebagai tanaman yang mengandung senyawa unik Taxane dari golongan diterpenoid (merek dagang Taxol?). Senyawa aktif tersebut berkhasiat sebagai antikanker yang terbukti mampu membunuh sel kanker dengan efektif dan efisien serta memiliki efek samping yang rendah. Sejak saat itu, jenis taxus jadi bernilai ekonomi tinggi karena potensinya sebagai bahan obat kemoterapi .
Berdasarkan data IUCN Redlist, T. sumatrana ini berstatus Endangered atau terancam punah (https://www.iucnredlist.org/species/46171879/9730085). Indikator yang menjadikannya berstatus konservasi terancam punah adalah karena terjadi penuruan populasi yang besar selama 25 tahun terakhir dan masih berlangsung hingga saat ini (Thomas, P. & Farjon, A. 2011). Peneliti dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya, M. Muhaimin, S.Si., berpendapat bahwa penurunan populasi T. sumatrana di Indonesia diduga karena faktor deforestasi yang masif di Pulau Sumatra yang merupakan habitanya. Atau dengan kata lain, karena adanya gesekan antara perkebunan dengan kawasan lindung. Hal ini berbeda dengan kasus di kawasan dunia bagian utara, jenis taxus-nya terancam punah karena adanya eksplorasi masif untuk dijadikan sebagai bahan obat kemoterapi. ?Masyarakat Indonesia secara umum belum terlalu mengenal potensi T. sumatrana sebagai obat antikanker. Pemanfaatannya sebagai obat masih secara traditional, seperti diseduh sebagai bahan teh dari bagian ranting atau daunnya. Sehingga dapat diasumsikan tidak ada eksplorasi yang masif untuk jenis ini di Indonesia,? jelas Muhaimin ketika dihubungi penulis.
Sahabat Kebun Raya Cibodas, kondisi status konservasi dan potensi nilai ekonomi T. sumatrana yang tinggi sebagai bahan obat antikanker, membuat banyak pihak mulai berupaya melakukan penyelamatan untuk mencegahnya punah. Upaya mengkonservasi dapat dilakukan secara in situ maupun secara ex situ. Habitat alami T. sumatrana sudah berada di kawasan konservasi, seperti: Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Hutan Lindung Sibuaton, dan Hutan Lindung Gunung Dempo, sebab itu maka dianggap tidak perlu untuk melakukan penetapan kawasan konservasi baru untuk jenis ini. Namun, ini pun masih belum bisa menjamin populasi di habitat alaminya tidak terdegradasi. Kegiatan antropogenik masih menjadi ancaman meskipun status habitatnya sudah berada di kawasan konservasi yang merupakan bentuk konservasi in situ jenis ini.
Kebun Raya Cibodas (KRC) juga berupaya melakukan konservasi T. sumatrana secara ex situ. Menurut keterangan dari Koordinator Unit Registrasi KRC, Yudi Suhendri menyatakan bahwa material pertama T. sumatrana berasal dari hibah yang diberikan oleh Kebun Raya Bogor pada tahun 1993 dan ditaman sebagai koleksi pertama pada tahun 2000 oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, Presiden RI ke lima. ?Jumlah koleksi tersebut selanjutnya diperkaya dari penanaman bibit hasil eksplorasi dari TNKS dan Gunung Singgalang, serta penanaman dari bibit hasil perbanyakan vegetatif tanaman koleksi (hasil eksplorasi) sebelumnya,? tambah Yudi saat di wawancara penulis. Penanaman di Kebun Raya Cibodas dilakukan di blok konservasi T. sumatrana, jumlah individu saat ini lebih dari 20 individu.
Upaya konservasi ex situ di KRC juga didukung oleh hasil penelitian genetik yang dilakukan Rahmat (2008), yang menerangkan bahwa nilai heterozigositas genetik T. sumatrana yang ada di KRC, memilik nilai heterozigositas yang sama tinggi dengan nilai di sebaran alami TNKS. Penelitian-penelitian dasar T. sumatrana masih belum banyak sehingga dibutuhkan penelitian-penelitian lain agar dapat disusun strategi konservasi jenis ini yang lebih komprehensif.
Sahabat Kebun Raya Cibodas, tahukah kamu bahwa konsevasi ex situ dapat mendukung kegiatan penelitian dalam mengeksplorasi berbagai potensi dan pemanfaatan T. sumatrana tanpa mengancam populasi di habitat aslinya? Mengapa demikian? Ya, tentu demikian, karena material yang digunakan sebagai objek penelitian, tidak perlu lagi kita ambil langsung dari habitatnya. Sehingga akan berpotensi mengurangi risiko kepunahan di habitat aslinya. Hingga saat ini, penelitian tentang T. sumatrana masih dianggap belum cukup banyak. Oleh karena itu, bisa diduga bahwa akan ada potensi peningkatan kebutuhan material T. sumatrana sebagai objek penelitian.
Konservasi ex situ juga akan berperan dalam program reintroduksi atau juga program restorasi di habitat alaminya, bila mana suatu saat populasi T. sumatrana benar-benar hilang dari habitatnya. Maka bisa kita bayangkan bersama, bila kita tidak melakukan upaya konservasi secara ex situ pada T. sumatrana, jenis ini dapat benar-benar punah dari habitat aslinya dan hilanglah kekayaan hayati jenis ini dari Indonasia. Oleh kerena itu tidak salah, jika ada ungkapan yang menyatakan konservasi ex situ merupakan benteng terakhir dalam penyelamatan keanekaragaman hayati. Semoga upaya konservasi ex situ di kebun raya semakin banyak menyelamatkan tumbuhan bernilai tinggi yang terancam punah di Indonesia. Salam Konservasi! (FK)
REFERENSI
Hidayat Asep, Henti H. Rahman, dan Atok Subiakto. 2014. Taxus Sumatrana: Mutiara Terpendam dari Zambrud Sumatra. Forda Press. Bogor.
Muhaimin Muhamad, Arifin S.D Irsyam, and Wendy A. Mustaqim. 2021. Taxus wallichiana Zucc. Taxaceae. Publisher: Springer. Project: Ethnobotany of the Mountain Regions of Southeast Asia. DOI: 10.1007/978-3-030-14116-5_226-1.
Muhaimin Muhamad. 2016. Taxus sumatrana (Miq.) de Loub: Obat Anti Kanker Masa Depan. Majalah Semi Populer: Warta Kebun Raya, edisi Mei Vol 14:1, hal: 11.20.
Rachmat, H.H. 2008. Variasi genetik dan teknik perbanyakan vegetatif cemara Sumatra (Taxus sumatrana). Thesis, Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Indonesia.
Thomas, P. & Farjon, A. 2011. Taxus wallichiana. The IUCN Red List of Threatened Species 2011: e.T46171879A9730085.https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2011- .RLTS. T46171879A9730085. en. Downloaded on 11 February 2021.